Foto: Toko Organis YPBB Bandung
Siapa yang masih ingat ketika dulu diminta Ibu untuk membeli minyak goreng atau minyak tanah sambil membawa jerigen? Atau belanja rempah-rempah lalu dibungkus dengan kertas bekas dan daging atau sayuran dibungkus daun pisang atau talas.
Beberapa atau banyak dari kita mungkin pernah mengalami ini sampai akhir tahun 1990an. Perlahan cara berbelanja seperti ini digantikan oleh kemasan plastik, dan minyak tanah diganti gas. Warung dan pasar tradisional mulai menggunakan kemasan plastik secara masif.
Gaya hidup serba praktis mengubah cara kita berjual beli, kita tidak lagi membawa kantong belanja sendiri ketika ke pasar. Apalagi ketika mall, supermarket dan minimarket dibangun sampai ke pelosok. Namun dengan maraknya isu lingkungan akibat sampah, gaya hidup nol sampah pun mulai dikenal.
Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan bahwa Indonesia menghasilkan 19,45 juta ton timbulan sampah sepanjang 2022. Mayoritasnya memang berasal dari rumah tangga, diikuti oleh sampah dari pusat perbelanjaan dan pasar.
Pemerintah sudah menetapkan target dalam pengurangan sampah plastik berdasar pada Perpres No. 97/2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga yaitu jumlah pengurangan sampah plastik 30% pada tahun 2025. KLHK melakukan ujicoba penggunaan kantong plastik berbayar di pusat-pusat perbelanjaan di 23 kota pada Februari - Juni 2016.
Sampai saat ini, secara nyata di lapangan masih banyak penggunaan kantong plastik sekali pakai. Pusat perbelanjaan besar memang tidak lagi menyediakan kantong plastik, tetapi di banyak pasar tradisional juga minimarket masih memakainya. Dengan begitu pencegahan bertambahnya timbulan sampah harus dilakukan sejak kita berbelanja.
Konsep ini yang kemudian mendasari munculnya toko-toko curah atau bulk store. Sebuah toko nol sampah (zero waste) yang menyediakan segala kebutuhan dasar rumah tangga tetapi penjualannya tanpa kemasan. Artinya kita harus membawa sendiri wadah untuk berbelanja kebutuhan bulanan seperti sabun, sampo, kopi, gula dan lainnya.
Keberadaannya di kota-kota besar disambut positif oleh masyarakat, khususnya mereka yang menjalani gaya hidup hijau. Di kota Bandung sudah memiliki beberapa toko curah yang menggunakan sistem refill dan reuse. Salah satunya adalah Toko Organis YPBB Bandung yang sudah berdiri sejak 2014.
Bisa dikatakan bahwa Toko Organis YPBB adalah salah satu pionir toko curah di Bandung.Toko ini sendiri merupakan bagian dari lembaga swadaya masyarakat di bidang lingkungan yaitu Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB). Tokonya pun berlokasi sama dengan kantornya di Jalan Delima Cikutra 85B.
Kita bisa berbelanja kebutuhan bulanan dan harian seperti sampo, deterjen cair dan bubuk, pembersih kaca dan sanitizer, sabun mandi, dan barang-barang lainnya. Bahkan kita bisa membeli makanan, saus, kecap, sambal, gula, garam, kopi, teh, dan madu.
Selain itu para konsumen mendapatkan edukasi terkait sarana dan prasarana gaya hidup nol sampah. Misalnya saja penggunaan perlengkapan pribadi yang ramah lingkungan dan bisa dipakai berulang. Kita bisa membeli pembalut kain atau menstrual pads, sikat gigi, tas, perkakas, dan botol minum.
Bagi kita yang ingin menerapkan nol sampah mulai dari rumah, staf di Toko Organis akan berbagi informasi tentang langkah-langkahnya. Cara termudah untuk mengatasi sampah dari rumah adalah pengomposan. Salah satunya dengan keranjang Takakura yang disediakan, kita tidak membutuhkan banyak lahan untuk pengomposan dari sampah dapur dan sisa makanan.
Cara berbelanja di kebanyakan toko curah tidak menggunakan hitungan satuan melainkan gram dan liter. Ketika kita membeli deterjen cair di pusat perbelanjaan, kemasan refill terbesar berukuran 1,8 liter. Sayangnya kemasan refill itu seringkali menjadi sampah baru.
Namun, ketika berbelanja di toko curah kita hanya membayar isi dan bukan kemasannya. Misalnya, kita memiliki botol detergen bervolume 800ml, kita membayar sebanyak kapasitas botol itu. Tidak ada sampah kemasan baru, dan botolnya bisa digunakan terus menerus.
Bahkan sebenarnya, kita juga bisa menggunakan bahan-bahan alami dari toko curah untuk membersihkan dan mencuci. Beralih dari sabun dengan kandungan deterjen tinggi ke buah lerak yang memiliki kandungan deterjen ramah lingkungan. Untuk mencuci piring atau badan, tidak perlu menggunakan spons sintetis tetapi menggunakan loofah atau gambas.
Ketika berbelanja ke toko curah tapi tidak membawa wadah sendiri, seringkali kita akan dipinjami kemasan. Kita bisa mengembalikannya sewaktu berbelanja lagi. Membeli sesuai kebutuhan dan kemampuan bisa menjadi alasan pertama kita berbelanja di toko curah.
Semua gaya hidup nol sampah ini sebenarnya sudah lama menjadi kearifan lokal dan budaya Indonesia. Menjaga kebersihan lingkungan agar bebas sampah harus dimulai dari diri sendiri dan dari dalam rumah. Penanggulangan sampah membutuhkan kerjasama semua pihak, termasuk kita. Mari bijak berbelanja dan mengelola sampah.
Komentar
Posting Komentar