Beberapa waktu lalu, Antara News melaporkan bahwa di tahun 2022 lalu setidaknya ada 323 kasus kenakalan remaja terjadi di Jakarta Selatan saja. Ini berarti angkanya masih bisa terus bertambah seiring waktu dan meluasnya data yang diperoleh. Kenakalan remaja di era ini malah terasa lebih mengarah pada tindakan kriminal.
Mereka tidak lagi sekadar membolos sekolah dan menyalip uang SPP untuk jajan, tetapi juga menggunakannya untuk membeli minuman keras, obat-obatan terlarang, berjudi, tawuran, bahkan memperkosa. Mereka masih remaja, tetapi perilakunya sudah melebihi batas usia, norma dan hukum. Di bulan Februari lalu, ada sebuah peristiwa miris di dunia pendidikan. Sebuah aksi nekat seorang pelajar SMK di Samarinda yang menantang gurunya sambil menghunus parang ketika olahraga hanya karena sang guru menegurnya.
Tindakan semacam ini tentunya tidak bisa lagi dianggap wajar atau kenakalan biasa. Para peneliti menyebutkan setidaknya ada sepuluh (10) faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja, diantaranya (1) pola asuh yang memanjakan, (2) keluarga yang tidak harmonis, (3) kurangnya kasih sayang, (4) pendidikan keluarga yang keras, (5) komunikasi yang buruk, (6) lingkungan pergaulan, (7) tidak mendapat pendidikan agama, (8) lingkungan tempat tinggal, (9) kondisi ekonomi, dan (10) teknologi informasi.
Sebenarnya sudah banyak upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini. Upaya ini membutuhkan kerja sama baik dari semua pihak seperti keluarga, masyarakat, institusi pendidikan dan tentunya pemerintah. Langkah termudah adalah memulainya dari dalam keluarga dengan membentuk kebiasaan baik. Salah satunya adalah Membacakan Nyaring (read aloud).
Jim Trelease pernah menyebutkan bahwa di Amerika Serikat, 70-82 persen penghuni penjara adalah mereka yang putus sekolah, dan 60 persennya adalah mereka yang buta huruf atau hanya bisa membaca sedikit (2022: 25). Di Indonesia sendiri, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), setidaknya berdasarkan data 2022, tercatat 3,96 persen warga negara di atas usia 15 tahun tergolong buta huruf.
Karenanya membacakan nyaring dapat menjadi salah satu upaya meminimalisir munculnya faktor penyebab kenakalan remaja di atas. Orang tua bisa meluangkan waktunya sekitar 10-15 menit untuk mendampingi anak-anak membaca buku pilihannya sendiri, atau menemaninya ke toko buku/taman bacaan/perpustakaan. Meski terkesan sepele dan sederhana, kegiatan ini membuat suasana rumah lebih hangat, ramah dan menyenangkan.
Membacakan nyaring membangun kedekatan emosional dan komunikasi antara orang tua dan anak-anak sehingga menjadi lebih bersahabat. Anak-anak merasa bahwa mereka disayangi dan diperhatikan, dan kedua orang tua memahami perasaan juga pemikiran anak-anak. Misalnya, Ayah atau ibu membacakan sebuah cerita yang paling disukai semasa kecil. Cerita yang menarik bahkan berbeda dengan kondisi anak-anak tentunya menimbulkan rasa penasaran.
Kapan mulai membacakan nyaring?
Sedini mungkin. Artinya sejak Ayah dan Ibu mengetahui ada sebuah kehidupan baru di perut ibu, maka membacakan nyaring bisa dilakukan. Tidak hanya buku cerita, orang tua pun bisa membacakan ayat-ayat dari kitab suci. Mereka mampu mengenali suara kedua orang tuanya, bahkan diyakini membacakan nyaring mampu meningkatkan kecerdasan anak-anak.
Kalau anaknya sudah terlanjur sekolah?
Tidak ada kata terlambat untuk menjalin kembali keakraban dengan keluarga. Sekadar berkumpul bersama sambil bertukar cerita tentang pengalaman masa kecil anak-anak berinteraksi dengan buku bisa juga dilakukan. Roosie Setiawan, seorang pakar Membacakan Nyaring, malah menyatakan bahwa tidak ada satu orang pun yang tidak suka dibacakan cerita. Artinya, orang tua perlu memerhatikan apa yang menjadi kesukaan anak-anak dan membacanya bersama.
Dengan membacakan nyaring ini diharapkan bisa menekan atau meminimalisir pengaruh buruk pada anak-anak remaja kita. Seburuk apapun kondisi di luar rumah, selama keluarga memberikan fondasi agama yang kuat, memiliki tradisi/kebiasaan keluarga yang positif,penuh perhatian, kasih sayang dan kehangatan, anak-anak akan selalu memiliki tempat mereka kembali dan merasa aman.
Sumber
Trelease, Jim. 2022. The Read Aloud Handbook. Bnndung: Penerbit Noura Books.
Komentar
Posting Komentar